Asa pada Senja

Perasaan yang tidak mungkin ini muncul begitu saja, tanpa permisi kepada sang pemiliknya. Getaran hati ini kembali setelah sekian lama menghilang. Pada suatu waktu, kamu bercerita mengenai kehidupan barumu. Usahamu yang ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Akupun sangat senang mendengarkannya.

Sampai pada akhirnya, sebuah media menjembatani kita walau hanya sekedar bertukar kabar. Mungkin ini salahku, yang tidak bisa begitu saja mengabaikan pesan darimu. Kamu yang selalu memulai bahasan tentang yang lalu dan masa yang akan datang, sedangkan aku hanya mampu tersenyum membaca semua opinimu itu.

“Aku bangga, kamu bisa jadi lebih baik dari yang sebelumnya. Doakan aku ya, karena aku sedang melewatinya”, katamu pada waktu senja yang indah itu, entah itu sebuah pujian atau hanya omong kosong belaka untuk mengisi percakapan kita. Tapi lagi dan lagi, aku tersenyum sambil mengikuti instruksimu untuk mendoakan yang terbaik untukmu.

Aku paham betul posisiku seperti apa pada pandanganmu. Untuk itu, aku sangat berusaha menepis rasa yang dengan sialnya semakin bertumbuh. Dimana dengan secara kebetulan, semesta terus mendekatkan jarak kita yang semula terasa sangat jauh. Berharap ada secercah cahaya pada semua harapanku.

Harapan yang masih aku tunggu pada masa selanjutnya. Karena, pada senja yang indah itu pula, cerita kita entah berlanjut untuk masa yang akan datang atau hanya sebuah cerita yang lalu.

@blackmochaccino

Comments

Popular Posts